Jakarta – Harga tahu dan tempe terancam naik karena gejolak harga kedelai impor. Kedelai impor menjadi bahan baku utama produksi tahu dan tempe di Indonesia.
Diperlukan strategi untuk meningkatkan produksi kedelai lokal. Hal ini dibutuhkan kerja sama berbagai pihak.
“Sekarang adalah waktu yang tepat agar para petani dan pemerintah melakukan budi daya kedelai,” kata Anggota Komisi Pemberdayaan Ekonomi Umat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Ayep Zaki, Rabu (16/2/2022).
Ayep mengatakan, kebutuhan kedelai Indonesia mencapai 3 juta ton per tahun. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut Indonesia harus mengimpor 80% atau setara 2,4 juta ton. Jika dikonversikan dengan harga per kilogram (kg) kedelai belakangan ini Rp 10.000, artinya impor mencapai Rp 24 triliun.
Pihaknya juga fokus membangkitkan ekonomi masyarakat dan petani di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat melalui berbagai program. Salah satunya melalui program budi daya kedelai mandiri seluas 25 ribu hektare (ha).
Menurutnya, saat ini program yang akan melibatkan ratusan ribu petani itu telah mendapat dukungan dari berbagai pihak seperti Kementerian Pertanian. Ia juga meminta bank harus bisa membiayai budi daya kedelai mandiri dengan platform kredit Rp 8 juta per ha.
“Ayep Zaki bersama tim menjamin kepada bank yang mengucurkan kredit budidaya kedelai mandiri ini, delapan juta rupiah per hektarenya,” tegasnya.
Nantinya program tersebut tak terbatas hanya berjalan di Kabupaten Sukabumi saja, melainkan juga dilaksanakan di berbagai daerah lainnya sebagai upaya nyata membangkitkan taraf ekonomi para petani.
Selain mendapat edukasi dan bimbingan selama penanaman, para petani juga tak perlu khawatir karena hasil pertaniannya sudah pasti akan dijamin pembeliannya melalui off taker yang tentunya akan dibeli dengan harga yang mampu menyejahterakan mereka.
“Tim akan menjamin, pertama adalah menjamin off taker 100% hasilnya dibeli. Tentu saja dengan harga disesuaikan dengan harga pembelian dari Gapoktindo (Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia). Selain itu akan dilakukan jaminan kualitas terhadap bibit kedelai berdasarkan sertifikasi yang dikeluarkan balai benih melalui lembaga pemerintah,” imbuh Ayep .
Penggunaan pupuk campuran berkualitas terbaik dan diakui berbagai kalangan menjadi salah satu kunci keberhasilan. Pupuk tersebut bukan subsidi pemerintah melainkan pupuk NPK, Nitrea dan 30% pupuk batu bara.
“Bagi kalangan perbankan hendaknya bisa melihat potensi luar biasa ini,” tandasnya.
sumber : Finance.detik
Recent Comments